" quality="high" allowscriptaccess="always" type="application/x-shockwave-flash" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" align="middle" height="60" width="468">

Selasa, 21 Januari 2014

ARTIKEL


Picture1
JENDERAL SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN (JENDERAL BESAR SUDIRMAN)

Pak Dirman diangkat Jenderal oleh Ir. Soekarno karena telah membuat pasukan Sekutu mundur ke Semarang, pertempuran ini terjadi selama lima hari dan biasa dikenang dengan nama pertempuran Ambarawa. Pada saat serangan umum 1 Maret 1949, Pak dirman memimpin perang lagi untuk melindungi Yogyakarta yang akan dikuasai Belanda dengan menunjukkan kekuatan TNI didepan wartawan asing dan tim investigasi PBB. pemerintahan Indonesia saat itu dipindahkan ke Yogyakarta demi keamanan karena Jakarta telah dikuasai oleh belanda, pada waktu itu daerah Yogyakarta di pimpin oleh pak Dirman. Keadaan beliau saat itu pulang dalam keadaan ditandu karena penyakit TBC dan paru-parunya hanya tinggal satu yang masih berfungsi dan keadaannya sudah tidak memungkinkan. Hingga akhirnya semangat itu menjadi penggerak dan pendongkrak semangat para pasukan dikala itu. Foto dan profil beliau patut di abadikan dan dijadikan contoh keteladan untuk saat ini yang semakin hari kian luntur.
Jenderal Soedirman pada tanggal 29 Januari 1950 wafat karena penyakit yang dideritanya yaitu paru-paru (TBC). Nama Panglima Besar Jenderal Soedirman dikenang dan diabadikan menjadi nama jalan di kota-kota besar diseluruh Indonesia dengan nama jalan Jenderal Soedirman dan dibuatkannya Monumen Jenderal Soedirman di jantung kota Jakarta tepatnya dijalan Jenderal Soedirman.
Awal kisah terjadinya perang grerilnya yang di laksanakan oleh  Jend. Sudirman dimulai pada saat peyerbuan secara mendadak oleh pihak Belanda kepada Indonesia di Yogyakarta pada minggu pagi, 19 Desember 1948 yaitu dengan melintasnya satu pesawat bomber dan pemburu ‘cocor merah’ milik pasukan Belanda yang menembaki beberapa bangunan secara membabi buta padahal saat itu merupakan hari pelaksanaan gencatan senjata antara Pasukan RI dan Belanda.
Pada saat itu Jenderal Soedirman yang mendapat laporan tentang penyerangan tersebut dari Kompi I Kapten Cokropranolo langsung berusaha bangkit, padahal Pak Dirman baru saja selesai dioperasi oleh Profesor Asikin di Rumah Sakit Panti Winoto, yang berada di dalam keraton, mengingat keadaan yang genting Jenderal Soedirman langsung  mengutus ajudan I Suparjo Rustam untuk melaporkan kejadian tersebut ke Istana presiden yang berada kurang lebih 1 kilometer dari rumah Jenderal Soedirman, berita yang di bawa oleh ajudan I Suparjo Rustam tidak dapat disampaikan ke Presiden karena terkena  pemberlakuan saat kondisi genting di kalangan tentara (“Saat keadaan genting, kami diwajibkan menjalankan aturan untuk saling mencurigai satu dengan yang lain untuk menghindari kondisi yang tidak diinginkan,”)
Karena tak kunjung mendapatkan kabar dari Supardjo Rustam, Jenderal Sudirman akhirnya bersama pasukan sendiri langsung menuju Istana kepresidenan namun usaha untuk menemui presiden terkendala karena  Presiden Soekarno saat itu sedang menggelar rapat dengan pejabat menteri di dalam ruang rapat Istana.
Melihat situasi yang genting membuat Jenderal Sudirman mengambil beberapa keputusan yaitu :
1.         Meminta ajudan nya Noli untuk kembali ke rumah dinas dan membakar semua dokumen penting dan mengantar istri dan anak-anak Soedirman ke dalam benteng keraton. setelah selesai melakukan tugasnya, Noli kembali dan melapor kepada Pak Dirman dan Pak Dirman memutuskan kembali ke rumah dinas di Jalan Bintaran Timur.
2.         Jenderal Sudirman menyingkir keluar dari kota Yogyakarta bersama pasukan pengawalnya untuk melaksanakan perang gerilya. Keputusan spontan ini membuat kaget beberapa pasukannya. Namun, keputusan tersebut diterima anggota pasukan yang menjadi pengawal setia Jenderal Soedirman, hal ini diambil karena terdengar kabar, Pasukan Belanda dibagi dua. Kedua pasukan tersebut bertugas menangkap Soekarno dan memerintahkan menangkap Soedirman, baik hidup atau mati.
Sekitar pukul 11.30 WIB pasukan berjalan keluar wilayah Yogyakarta menuju wilayah selatan dari Bantul hingga Parangtritis, pilihan menuju Gunung Wilis menjadi realistis karena ada perlengkapan komando, yakni pemancar radio sehingga dari sana semua komando Jenderal Soedirman disampaikan melalui pemancar. “Namun itu tidak bertahan lama karena fasilitas pemancar ketahuan Belanda dan akhirnya markas tersebut dibombardir.
Setelah dari Grogol, pasukan kemudian berjalan menuju Parangtritis. Namun, saat itu dua kendaraan yang digunakan tidak bisa melanjutkan perjalanan karena ada sungai besar yang membelah dan tidak ada jembatan di sungai tersebut, sehingga sejak saat itu, perjalanan terus dilanjutkan dengan konsekuensi Pak Dirman ditandu, Beliau dalam keadaan sakit parah, paru2 tinggal sebelah tetap memaksakan diri bergerilya melawan Belanda. Bukan materi yg beliau kejar, bukan gaji besar, bukan fasilitas. Beliau bahkan tidak digaji. Presiden dan Perdana Menteri sudah ditangkap Belanda dalam Agresi Militer (Aksi Polisionil) Belanda ke-2. Beliau menjual perhiasan istrinya untuk modal perjuangan, berpindah dari hutan ke hutan, dengan kondisi medan yg sangat berat, dibayang-bayangi pengejaran tentara Belanda lewat darat dan udara.
Melalui Perang gerilya ini prinsipnya menunggu saat penjajah merasa aman, dan disaat itulah pejuang yang dipimpin Pak dirman menyerang markas musuh. Pasukan yang dipimpin Jenderal Sudirman melakukan penyerangan pada waktu setelah subuh. karena pada waktu itu para penjajah mulai istirahat setelah semalam berjaga. Hingga pada akhirnya penjajah kualahan menghadapi Pasukan bangsa kita yang kekuatannya tak seberapa dibandingkan dengan penjajah. inilah yang dimaksud dengan perang gerilya Pak Dirman.
Di tengah kondisi kesehatan beliau yg makin mengkhawatirkan, banyak pihak yg menyarankan agar beliau berhenti bergerilya, namun semangat juang beliau tidak dapat dipatahkan oleh siapapun juga. Beliau terus gigih berjuang, tidak mempedulikan lagi keselamatan dirinya. Bagi beliau, lebih baik hancur dan mati daripada tetap dijajah.
Berkat perjuangan yg tak kenal menyerah itulah, Belanda kewalahan secara militer.  Kekuatan gerilya Pak Dirman luar biasa. Belanda hanya mampu menguasai perkotaan, sedangkan di pedesaan, sudah masuk wilayah kekuatan gerilya tentara dan pejuang kita. Di sisi lain, tekanan diplomatis terhadap Belanda juga bertubi2, karena dunia internasional melihat bahwa dengan eksistensi TNI yg ditunjukkan oleh Pak Dirman membuktikan bahwa Republik Indonesia itu ada, dan bukan sekedar kumpulan gerombolan ekstrimis seperti yg santer dipropagandakan Belanda.
Akhirnya, Belanda pun benar2 angkat tangan, dan terpaksa mengajak RI untuk berunding kembali.  Perjanjian Roem Royen pun terwujud pada tanggal 7 Mei 1949, dimana Indonesia dan Belanda sepakat untuk mengakhiri permusuhan. Presiden pun telah dibebaskan oleh Belanda dan dikembalikan ke ibukota negara, waktu itu masih di Yogyakarta. Namun ini masih belum final dan Pak Dirman tetap belum yakin dengan hasil perjanjian itu. Beliau tetap bersikeras melanjutkan perjuangan sampai seluruh tentara Belanda benar-benar hengkang dari tanah air.
Akhirnya Sri Sultan Hamengkubuwono IX meminta kepada Kolonel Gatot Soebroto untuk menulis surat kepada Pak Dirman agar bersedia kembali ke ibukota. Berikut adalah penggalan surat Kolonel Gatot Soebroto yang meminta Pak Dirman untuk berhenti bergerilya dan beristirahat (di-EYD-kan):
…tidak asing lagi bagi saya, tentu saya juga mempunyai pendirian begitu. Semua-semuanya Tuhan yang menentukan, tetapi sebagai manusia diharuskan ikhtiar. Begitu pula dengan keadaan adikku, karena kesehatannya terganggu harus ikhtiar, mengaso sungguh-sungguh, jangan mengalih apa-apa. Laat alles waaien.Ini bukan supaya jangan mati konyol, tetapi supaya cita-cita adik tercapai. Meskipun buah-buahnya kita tidak turut memetik, melihat pohonnya subur, kita merasa gembira dan mengucapkan banyak terimakasih kepada Yang Maha Kuasa.Ini kali saya selaku Saudara tua dari adik minta ditaati…”
Pak Dirman pun akhirnya luluh. Bagaimanapun, perjuangan adalah jalan beliau, dan kini beliau menyadari, bahwa hasil perjuangan itu sudah mendekati akhirnya.
Sebagai persiapan pulangnya Pak Dirman ke ibukota, Sri Sultan pun mengirimkan pakaian kebesaran. Namun dengan halus dan bijaksana, kiriman itu beliau tolak. Pak Dirman memilih datang apa adanya sebagaimana ketika meninggalkan ibukota untuk bergerilya, dengan segala kekurangan dan penderitaan. Beliau datang dengan tandu, dikawal banyak sekali anak buah yang mencintai beliau. Setibanya di Gedung Agung, Presiden Soekarno langsung menyambut dan merangkul beliau.

Bung Karno merangkul Pak Dirman yang akhirnya tiba kembali di ibukota negara setelah berbulan2 bergerilya keluar masuk hutan.

Perundingan pun berlanjut kepada Konferensi Meja Bundar. Puncaknya, tidak lama berselang, Belanda terpaksa mengakui kedaulatan RI pada tanggal 27 Desember 1949, dan benar-benar hengkang dari ibu pertiwi.  Pengakuan Kedaulatan RI oleh Belanda, 27 Desember 1949, yg merupakan hasil jerih payah perjuangan Pak Dirman
Sayang sekali, seakan-akan senada dengan ucapan Pak Gatot Soebroto yg dibold di atas, Pak Dirman sepertinya memang ditakdirkan hanya untuk berjuang, bukan untuk menikmati kemerdekaan yg telah beliau perjuangkan. Beliau wafat dalam sakit beliau pada tanggal 29 Januari 1950, hanya berselang 1 bulan setelah pengakuan kedaulatan RI.
Pemakaman Pak Dirman, 29 Januari 1950, hanya 1 bulan berselang setelah Pengakuan Kedaulatan RI
Pemakaman Pak Dirman, 29 Januari 1950, hanya 1 bulan berselang setelah Pengakuan Kedaulatan RI

========Bio data Jenderal Soedirman ======
Nama : Soedirman (Jenderal TNI Anumerta)
Tempat, Tanggal lahir : Bodas Karangjati – Purbalingga – Jawa Tengah, 24 Januari 1916
Tempat, Tanggal wafat : Magelang – Jawa Tengah, 29 Januari 1950
Perang : Ambarawa, Serangan umum 1 Maret 1949 dan Kemerdekaan
Pangkat : Jenderal besar Anumerta bintang 5 Tahun 1997 (hanya dimiliki oleh 3 Tokoh Di indonesia)
Penghargaan : Pahlawan Pembela Kemerdekaan


Tugu Jenderal Sudirman
Tugu Jenderal Sudirman

Marilah kita tanamkan semangat perjuangan Jenderal Sudirman dalam diri kita masing-masing untuk mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan pendahulu kita, janganlah kita melihat apa yang telah negara berikan kepada kita tapi apa yang sudah kita berikan untuk negara kita, bangunlah negara kita menjadi negara yang besar dan menjadi macan asia dengan ilmu pengetahuan dan karya kita dalam mengisi kemerdekaan.

0 komentar:

Posting Komentar

Site Search